Obat Vertigo

Sunday, June 3, 2012
Alumni STIKes Madani Yogyakarta angkatan 2010


JENIS-JENIS OBAT VERTIGO

BARTOLIUM 10 Mg
flunarizine

KOMPOSISI :
Setiap tablet BARTOLIUM 5 mengandung : Flunarizine HCI setara dengan Flunarizine 5 mg.
Setiap tablet BARTOLIUM 10 mengandung : Flunarizine HCI setara dengan Flunarizine 10 mg
KHASIAT :
BARTOLIUM adalah suatu calcium entry blocker yang bekerja secara selektif dan iidak memiliki efek kontraksi dan konduksi jantung. Absorpsi obat di lambung berlangsung dengan baik. Kadar plasma puncak tercapai dalam waktu 2-4 jam dan kadar plasma mantap puncak 39 - 115 mcg/L Wcapai setelah pemberian oral yang berulang 10 mg sekali sehari. 90% terikat oleh protein plasma. Metabolisme terjadi di hati, obat dan metaboiitnya diekskresi bersama feces melewati empedu. Waktu paruh eliminasi terminal adalah 18 hari.
INDIKASI :
-
Mencegah migran.
Pengobatan dan pencegahan vestibulardan gangguan peredaran darah serebral dan perifer:pusing,tinitus,vertigo
-
Sulit berkonsentrasi dan bingunq
-
Gangguan memori dan irama tidur serta iritabilitas
-
Kejang sewaktu berjalan dan berbaring, parestesia, ekstremitas dingin dan gangguan tropik Selama pengobatan dengan BARTOLIUM bila perlu disertai diet, tidak? merokok dan latihan jalan.
DOSIS DAN CARA PENGGUNAAN :
Dosis maksimum yang dianjurkan adalah 10 mg/hari.
Pengurangan dosis hingga 5 mg/hari dapat mengurangi efek samping yang timbul.
a.
Profilaksis migren
Dosis awal:
Penderita di bawah 65 tahun : 10 mg per hari (waktu malam)
Penderita di atas    65 tahun  :   5 mg per hari
Bila terjadi efek samping : depresi, gejala ekstrapiramidal dan efek samping lainnya pengobatan harus dihentikan. Apabila setelah 2 bulan pengobatan tidak ada perbaikan, penderita harus dianggap sebagai non responder dan pemberian obat harus dihentikan.
-
Dosis maintenance :
Bila respon penderita memuaskan dan jika dosis maintenance diperlukan. Maka pemberian obat harus dikurangi menjadi 5 hari dalam seminggu (2 hari dalam seminggu tanpa obat). Walaupun dosis maintenance profilaksis ini berhasil dan ditoleransi dengan baik, namun pengobatan harus dihentikan setelah 6 bulan dan harus dilanjutkan hanya bila pasien kambuh.
b.
Pengobatan dan pencegahan vestibuiar dan gangguan peredaran darah serebral dan perifer, Dosis harian sama seperti penggunaan untuk migren tetapi pengobatan awal cukup sampai gejalanya hilang, biasanya kurang dari 2 bulan. Namun untuk vertigo kronis setelah 1 bulan atau 2 bulan untuk vertigo paroksimal tidak ada perbaikan bermakna, maka penderita harus dianggap sebagai non responder dan pengobatan harus dihentikan.
Sebaiknya diberikan sekali sehari pada malam hari untuk mengantisipasi efek mengantuk.

Kelebihan dosis :
-
Berdasarkan sifat farmakologi obat dapat terjadi sedasi dan astenia.
-
Pada kasus yang jarang telah dilaporkan dan diteliti keiebihan dosis akut seperti:
sedasi, agitasi dan takikardia. Keiebihan dosis akut dapat diatasi dengan pemberian karbon aktif, kumBah lambung dan pengobatan suportif. Tidak ada antidot khusus yang diketahui. Gejala-gejala ekstrapiramidal dan depresi dilaporkan pada pasien yang menerima 10 mg -40 mg per hari untuk antara 3 minggu dan 15 bulan.

PERINGATAN / PERHATAN :
-
Kadang-kadang (walaupun sangat jarang) keletihan dapat bertambah selama pengobatan dengan BARTOLIUM, jika hal ini terjadi pengobatan harus dihentikan.
-
Penggunaan dosis yang dianjurkan harus tepat.
-
Harus dilakukan pemeriksaan medis secara berkala, terutama selama pengobatan maintenance, sehingga gejala ekstrapiramidal dan depresi dapat dideteksi secara dini dan bila perlu pengobatan harus dihentikan.
-
Apabila selama pengobatan maintenance efek terapeutik menurun, maka pengobatan juga harus dihentikan.
-
Selama minum obat ini jangan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
-
Tidak dianjurkan penggunaannya selama kehamilan, karena keamanan pemberian BARTOLIUM pada wanita hamil belum diketahui.
-
Tidak dianjurkan untuk menyusui selama pengobatan dengan BARTOLIUM.
-
Pengobatan ini dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal dan depresi serta terjadinya parkinsonisme terutama pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi seperti penderita usia lanjut. Oleh karena itu harus digunakan dengan hati-hati pada penderita yang demikian.
-
Hati-hati pemberian pada penderita hipotensi.

EFEK SAMPING :
-
Efek samping yang sering ditemukan adalah mengantuk dan lesu yang bersifat sementara, serta adanya penambahan berat badan atau peningkatan nafsu makan.
-
Efek samping yang perlu diperhatikan selama pengobatan kronik adalah :
Depresi dimana terjadi pada penderita wanita dengan riwayat penyakit depresi
Gejala ekstrapiramidal seperti bradikinesia. rigiditas, akatisia, diskinesia, urofasial, tremor terutama pada penderita usia lanjut.
-
Efek samping yang jarang dilaporkan adalah ;
Gastrointestinal: nyeri ulu hati, nausea, gastralgia
Susunan saraf pusat; insomnia, ansietas
Lain-lain : galaktorea, mulut kering, nyeri otot, skinrash.

KONTRA INDIKASI :
-
Penderita yang mempunyai riwayat penyakit depresi atau adanya gejala penyakit parkinson dan kelainan ekstrapiramidal lainnya
Penderita yang sedang diobati dengan obat beta blocker.

INTERAKSI OBAT :
-
Rasa ngantuk yang berat dapat terjadi kalau BARTOLIUM diberikan bersama alkohol, obat hipnotik dan transkuilaiser
-
Galaktore telah dilaporkan pada beberapa wanita yang mendapat obat kontraseptik oral selama 2 bulan pertama pengobatan BARTOLIUM.

KEMASAN :
BARTOLIUM 5       Dos isi 5 strip @ 10 tablet
BARTOLIUM 10     Dos isi 5 strip @ 10 tablet
Simpan di tempat sejuk dan kering
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


BARTOLIUM 5 Mg
flunarizine

KOMPOSISI :
Setiap tablet BARTOLIUM 5 mengandung : Flunarizine HCI setara dengan Flunarizine 5 mg.
Setiap tablet BARTOLIUM 10 mengandung : Flunarizine HCI setara dengan Flunarizine 10 mg
KHASIAT :
BARTOLIUM adalah suatu calcium entry blocker yang bekerja secara selektif dan iidak memiliki efek kontraksi dan konduksi jantung. Absorpsi obat di lambung berlangsung dengan baik. Kadar plasma puncak tercapai dalam waktu 2-4 jam dan kadar plasma mantap puncak 39 - 115 mcg/L Wcapai setelah pemberian oral yang berulang 10 mg sekali sehari. 90% terikat oleh protein plasma. Metabolisme terjadi di hati, obat dan metaboiitnya diekskresi bersama feces melewati empedu. Waktu paruh eliminasi terminal adalah 18 hari.
INDIKASI :
-
Mencegah migren.
-
Pengobatan dan pencegahan vestibulardan gangguan peredaran darah serebral dan perifer:pusing,tinitus,vertigo
-
sulit berkonsentrasi dan bingung
-
gangguan memori dan irama tidur serta iritabilitas
-
kejang sewaktu berjalan dan berbaring, parestesia, ekstremitas dingin dan gangguan tropik Selama pengobatan dengan BARTOLIUM bila perlu disertai diet, tidak? merokok dan latihan jalan.
DOSIS DAN CARA PENGGUNAAN :
Dosis maksimum yang dianjurkan adalah 10 mg/hari.
Pengurangan dosis hingga 5 mg/hari dapat mengurangi efek samping yang timbul.
a. 
Profilaksis migren
-
Dosis awal:
Penderita di bawah 65 tahun : 10 mg per hari (waktu malam)
Penderita di atas    65 tahun  :   5 mg per hari
Bila terjadi efek samping : depresi, gejala ekstrapiramidal dan efek samping lainnya pengobatan harus dihentikan. Apabila setelah 2 bulan pengobatan tidak ada perbaikan, penderita harus dianggap sebagai non responder dan pemberian obat harus dihentikan.
Dosis maintenance :
Bila respon penderita memuaskan dan jika dosis maintenance diperlukan. Maka pemberian obat harus dikurangi menjadi 5 hari dalam seminggu (2 hari dalam seminggu tanpa obat). Walaupun dosis maintenance profilaksis ini berhasil dan ditoleransi dengan baik, namun pengobatan harus dihentikan setelah 6 bulan dan harus dilanjutkan hanya bila pasien kambuh.
b.
Pengobatan dan pencegahan vestibuiar dan gangguan peredaran darah serebral dan perifer, Dosis harian sama seperti penggunaan untuk migren tetapi pengobatan awal cukup sampai gejalanya hilang, biasanya kurang dari 2 bulan. Namun untuk vertigo kronis setelah 1 bulan atau 2 bulan untuk vertigo paroksimal tidak ada perbaikan bermakna, maka penderita harus dianggap sebagai non responder dan pengobatan harus dihentikan. Sebaiknya diberikan sekali sehari pada malam hari untuk mengantisipasi efek mengantuk.
Kelebihan dosis :
Berdasarkan sifat farmakologi obat dapat terjadi sedasi dan astenia.
Pada kasus yang jarang telah dilaporkan dan diteliti keiebihan dosis akut seperti:
sedasi, agitasi dan takikardia. Keiebihan dosis akut dapat diatasi dengan pemberian karbon aktif, kumBah lambung dan pengobatan suportif. Tidak ada antidot khusus yang diketahui. Gejala-gejala ekstrapiramidal dan depresi dilaporkan pada pasien yang menerima 10 mg -40 mg per hari untuk antara 3 minggu dan 15 bulan.

PERINGATAN / PERHATIAN :
-
Kadang-kadang (walaupun sangat jarang) keletihan dapat bertambah selama pengobatan dengan BARTOLIUM, jika hal ini terjadi pengobatan harus dihentikan.
-
Penggunaan dosis yang dianjurkan harus tepat.
-
Harus dilakukan pemeriksaan medis secara berkala, terutama selama pengobatan maintenance, sehingga gejala ekstrapiramidal dan depresi dapat dideteksi secara dini dan bila perlu pengobatan harus dihentikan.
Apabila selama pengobatan maintenance efek terapeutik menurun, maka pengobatan juga harus dihentikan.
-
Selama minum obat ini jangan mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
-
Tidak dianjurkan penggunaannya selama kehamilan, karena keamanan pemberian BARTOLIUM pada wanita hamil belum diketahui.
-
Tidak dianjurkan untuk menyusui selama pengobatan dengan BARTOLIUM.
-
Pengobatan ini dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal dan depresi serta terjadinya parkinsonisme terutama pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi seperti penderita usia lanjut. Oleh karena itu harus digunakan dengan hati-hati pada penderita yang demikian.
-
Hati-hati pemberian pada penderita hipotensi.

EFEK SAMPING :
-
Efek samping yang sering ditemukan adalah mengantuk dan lesu yang bersifat sementara, serta adanya penambahan berat badan atau peningkatan nafsu makan.
-
Efek samping yang perlu diperhatikan selama pengobatan kronik adalah :
-
Depresi dimana terjadi pada penderita wanita dengan riwayat penyakit depresi
-
Gejala ekstrapiramidal seperti bradikinesia. rigiditas, akatisia, diskinesia, urofasial, tremor terutama pada penderita usia lanjut.
-
Efek samping yang jarang dilaporkan adalah :
-
Gastrointestinal: nyeri ulu hati, nausea, gastralgia
-
Susunan saraf pusat; insomnia, ansietas
-
Lain-lain : galaktorea, mulut kering, nyeri otot, skinrash.

KONTRA INDIKASI :
-
Penderita yang mempunyai riwayat penyakit depresi atau adanya gejala penyakit parkinson dan kelainan ekstrapiramidal lainnya
-
Penderita yang sedang diobati dengan obat beta blocker.

INTERAKSI OBAT :
-
Rasa ngantuk yang berat dapat terjadi kalau BARTOLIUM diberikan bersama alkohol, obat hipnotik dan transkuilaiser.
-
Galaktore telah dilaporkan pada beberapa wanita yang mendapat obat kontraseptik oral selama 2 bulan pertama pengobatan BARTOLIUM.

KEMASAN :
BARTOLIUM 5       Dos isi 5 strip @ 10 tablet
BARTOLIUM 10     Dos isi 5 strip @ 10 tablet
Simpan di tempat sejuk dan kering
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BETAHISTINE
Tablet

KOMPOSISI:
Tiap tablet mengandung:
Betahistine Mesylate 6 mg
INDIKASI:
vertigo dan pusing yang berkaitan dengan penyakit meniere, sindrom meniere dan fertigo perifer.
DOSIS DAN CARA PEMAKAIANNYA:
Biasanya untuk dewasa, pemberian secara oral 1-2 tablet (6-12 mg) 3 kali sehari setelah makan. Dosis harus diatur sesuai dengan umur pasien dan berat-ringannya gejala.
PERINGATAN PENGGUNAAN:
pERINGATAN: jangan diberikan tanpa resep dokter.
PERHATIAN:
Pemberian dosis secara hati hati perlu diperhatikan pada pasien yang memiliki riwayat penyakit tungkak lambung.
Penggunaan pada ibu hamil: Keamanan penggunaan pada ibu hamil belum diketahui.
Pad ibu hamil Betahistine mesylate hendaknya diberikan hanya jika manfaat terapetik yang diharapkan lebih besar dari pada resikonya.
EFEK SAMPING:
Sistem pencernaan: Pada kasus yang mungkin jaranng terjadi mual dan muntah.
Reaksi hipersensitifitis, misalnya ruam kulit dapat terjadi pada kasus yang jarang.
KONTRA INDIKASI:
ibu hamil dan menyusui, anak anak dengan usia dibawah 2 tahun, hipersensitifitas tehadap betahistine meaylate.
INTERAKSI OBAT:
Tidak dilaporkan interaksi obat dengan Betahistine Mestylate.
PENYIMPANAN:
simpan pada suhu kamar (dibawah 30'C)
KEMASAN:
Dus, 3 strip @ 10 tablet
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BETASERC  8 MG

KOMPOSISI
Betahistin diHCl.
INDIKASI
Pengobatan untuk menghilangkan gejala-gejala vertigo perifer, penyakit Meniere & sindroma Meniere yang ditandai dengan serangan vertigo, telinga berdenging tanpa rangsang dari luar dan atau semakin kehilangan pendengaran, biasanya disertai denganmual dan muntah.
PERHATIAN
Feokromositoma atau asma bronkhial, riwayat ulkus peptikum.
EFEK SAMPING
Keluhan lambung yang ringan.
Kemerahan pada kulit.
KEMASAN
Tablet 8 mg x 100 biji.
DOSIS
3 kali sehari 1 tablet. Maksimal : 6 tablet/hari dalam dosis terbagi.
------------------------------------------------------------------------------------------------------

DIZILIUM 10

Flunarizina  5 mg ; 10 mg.
INDIKASI :
Mencegah migraine,pengobatan dan pencegahan gangguan system vestibuler dan gangguan peredaran darah serebral dan perifer.selama pengobatan dengan dengan flunarizina bila perlu disertai diet,tidak merokok dan latihan jalan.
KEMASAN :
Dos  5 x 10 tablet 5 mg ; 10 mg.


DIZILIUM 5

Flunarizina  5 mg ; 10 mg.
INDIKASI :
Mencegah migraine,pengobatan dan pencegahan gangguan system vestibuler dan gangguan peredaran darah serebral dan perifer.selama pengobatan dengan dengan flunarizina bila perlu disertai diet,tidak merokok dan latihan jalan.
KEMASAN :
Dos  5 x 10 tablet 5 mg ; 10 mg.



FREGO 10

Frego mempunyai efek antihistamin dan penghambat ion kalsium yang bekerja secara selektif.
KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung flunarizine 10 mg
FARMAKOLOGI :
FREGO® mengandung flunarizine yang merupakan derivat cinnarizine. Flunarizine memiliki efek antihistamin dan penghambat Ion kalsium yang bekerja secara selektif. FREGO® diabsorpsi baik di usus, dan mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 2-4 jam setelah pemberian oral.
INDIKASI :
Vertigo dan profilaksis migrain.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

FREGO 5mg
Flunarizin
tablet

 
Tiap tablet mengandung Flunarizine...............................................5 mg atau 10 mg
Farmakologi
Flunarizine adalah derivat cinnarizine yang mempunyai efek antihistamin dan penghambat ion kalsium yang bekerja secara selektif, Flunarizine diabsorbsi dengan baik pada saluran cerna dan mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 2 - 4 jam setelah pemberian per oral. Flunarizine berikatan dengan protein plasma 90%. Waktu paruh Flunarizine sekitar 18 hari. Setelah menjalani metabolisme ekstensif di hati, Flunarizine dan metabolitnya diekskresi melalui feces.
Indikasi
1. 
Pencegahan migren; mengurangi frekuensi serangan dan meringankan gejalanya.
2. 
Terapi pada gangguan vestibular sentral maupun perifer seperti: pusing, tinitus dan vertigo.
3. 
Pengobatan pada penurunan konsentrasi dan kebingungan: gangguan ingatan, iritabilitas dan gangguan irama tidur.
4. 
Pengobatan kejang pada saat berjalan maupun saat berbaring, parestesi, ekstremitas dingin dan gangguan tropik.
Dosis dan cara pemberian
Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg per hari. Bila terjadi efek samping dosis diturunkan menjadi 5 mg. FREGO® sebaiknya diminum secara teratur satu kali sehari pada malam hari untuk menghindari efek sedatif.
Pencegahan migren
Dosis awal : 10 mg per hari (malam hari) untuk penderita berusia kurang dari 65 tahun dan 5 mg per hari untuk penderita berusia di atas 65 tahun. Bila selama perawatan, terjadi depresi, gejala ekstrapiramidal dan efek lain yang tidak diinginkan, atau jika dalam 2 bulan pertama pengobatan tidak dijumpai perbaikan yang bermakna pengobatan sebaiknya dihentikan.
Dosis pemeliharaan : FREGO® diberikan hanya 5 hari dalam seminggu, sedangkan 2 hari lagi tanpa FREGOS. Bila hasil terapi pemeliharaan ini baik dan dapat ditoleransi dengan baik, pengobatan harus dihentikan setelah 6 bulan dan hanya diulang bila penderita kambuh kembali.
Pengobatan gangguan vestibular sentral dan perifer, pengobatan pada penurunan konsentrasi dan kebingungan, pengobatan kejang pada saat berjalan maupun saat berbaring, parestesi, ekstremitas dingin dan gangguan tropik:
Dosis harian sama dengan dosis migren, tetapi terapi awal hanya diberikan sampai gejala hilang, biasanya kurang dari 2 bulan. Walaupun demikian, jika tidak dijumpai perubahan yang bermakna setelah 1 bulan pengobatan pada penderita vertigo kronik dan setelah 2 bulan pengobatan pada vertigo paroksismal, maka pengobatan sebaiknya dihentikan.

Peringatan dan perhatian
Keletihan dapat mehingkat selama pengobatan tetapi rial ini jarang terjadi. Bila hal ini terjadi, pengobatan tidak perlu dihentikan, dan sebaiknya dosis yang diberikan tidak melebihi dosis yang dianjurkan. Apabila efek terapeutik menurun selama terapi pemeliharaan, pengobatan sebaiknya juga dihentikan. FREGO® dapat menimbulkan kantuk, khususnya pada permulaan terapi, maka sebaiknya tidak diberikan selama penderita melakukan aktivitas seperti: mengemudikan kendaraan bermotor atau menjalankan mesin.
Tidak dianjurkan untuk wanita hamil karena keamanannya belum terbukti.
Sebaiknya tidak digunakan oleh wanita menyusui karena flunarizine diekskresi dalam air susu.
Terapi dengan Flunarizine dapat meningkatkan gejala ekstrapiramidal dan depresi serta terjadinya parkinson, terutama pada penderita dengan faktor predisposisi seperti usia lanjut; karena itu pada penderita tersebut harus digunakan dengan hati-hati.
Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan, terutama saat terapi pemeliharaan agar gejala ekstrapiramidal dan depresi dapat dideteksi sedini mungkin, dan pengobatan dapat segera dihentikan bila hal tersebut terjadi. Selain itu hati-hati pula jika diberikan pada penderita hipotensi.
Hati-hati penggunaan pada penderita usia lanjut dan penderita kelainan fungsi ginjal.
Penggunaan dalam jangka panjang harus disertai pemantauan fungsi hati dan ginjal.

Efek samping
Efek samping yang sering dijumpai adalah mengantuk dan lesu. Sedangkan efek samping yang jarang dilaporkan adalah nyeri ulu hati, mual, muntah, insomnia,  ansietas,  pusing,  mulut kering, nyeri  otot dan  ruam  kulit. Efek samping yang serius selama pengobatan jangka panjang adalah: depresi, gejala-gejala ekstrapiramidal (bradikinesia, rigiditas, akatisia, diskinesia orofasial, tremor).

Kontraindikasi
Flunarizine dikontraindikasikan terhadap:
-    Penderita yang alergi terhadap komponen obat ini.,
-    Penderita dengan riwayat depresi.
-    Penderita dengan riwayat kelainan ekstrapiramidal, termasuk parkinson.
-    Penderita yang sedang menjalani pengobatan dengan obat beta blocker.

Interaksi obat
Obat-obatan seperti: alkohol, antiepilepsi, obat tidur, anti depresan dan obat penenang dapat mempengaruhi kerja Flunarizine atau meningkatkan terjadinya efek samping obat ini. Galaktore dapat terjadi jika digunakan bersama-sama dengan kontrasepsi oral.

Kelebihan dosis
Berdasarkan profil farmakologi FREGO®, kelebihan dosis dapat menimbulkan sedasi
dan astenia.
Beberapa kasus kelebihan dosis akut (sampai 600 mg sekali minum) telah dilaporkan
terjadinya sedasi, agitasi dan takikardi.
Kelebihan dosis akut dapat diatasi dengan pemberian karbon aktif, kumbah lambung
dan pengobatan suportif.
Depresi dan gejala ekstrapiramidal telah dilaporkan terjadi pada pasien yang mendapat
Flunarizine 10 - 40 mg per hari selama 3 minggu sampai 15 bulan.

Kemasan
FREGO®5mg           : Dos isi 5 strip x 10 tablet       
FREGO® 10 mg       : Dos isi 5 strip x 10 tablet       
Slmpan di bawah suhu 30°C.
 HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

MERTIGO 6mg
 Tablet
 
Komposisi:
Tiap tablet mengandung:
Betahistine mesilate           6 mg

Farmakologi:
Betahistine memperlebar spinchter prekapiler sehingga meningkatkan aliran darah
pada telinga bagian dalam.
Betahistine mengatur permeabilitas kapiler pada telinga bagian dalam dengan
demikian menghilangkan endolymphatic hydrops. Betahistine juga memperbaiki
sirkulasi serebral dan meningkatkan aliran darah arteri karotis interna.ening Kawan

Indikasi:
Mengurangi vertigo,dizzines yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang
terjadi pada gangguan sirkulasi darah atau sindram meniere, penyakit meniere
dan vertigo perifer.

Kontraindikasi.
Pasien yang menderita feokromositoma.

Dosis:
Dewasa: 1 - 2 tablet, 3 kali sehari.
Dosis disesuaikan dengan umur penderita dan keadaan penyakit.

Efek samping:
-   
Saluran cerna:
rasa mual, muntah atau gangguan saluran cerna lainnya.
-  
Reaksi hipersensitivitas:
ruam pada kulit (jarang terjadi).


Peringatan dan perhatian:

-   
Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan gastric ulcer active digestive ulcer, urtikaria atau farter dan asma bronkial

-   
Keamanan penggunaannya pada masa kehamilan belum dibuktikan sebaiknya diberikan hanya bila keuntungan terapi lebih besar dari resiko yang mungkin timbul.
Kemasan
Kotak, 10 strip @ 10 tablet
HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
SIMPAN PADA SUHU Dl BAWAH 30°C
TERLINDUNG DARI CAHAYA.
---------------------------------------------------------------------------------------------

PERIFAS

GOLONGAN GENERIK Cinnarizine.
INDIKASI
#
Kelainan sirkulasi darah pada pembuluh darah tepi.
#
Gangguan keseimbangan : pencegahan dan terapi lanjutan untuk gejala-gejala arteriosklerosis labirintin, vertigo, tinitus (telinga berdenging tanpa luar), mual.
#
Mencegah mabuk dalam perjalanan.

EFEK SAMPING
Sangat jarang : somnolen (ketagihan tidur), gangguan saluran pencernaan.

KEMASAN
Tablet 25 mg x 10 x 10 biji.

DOSIS
#
Kelainan sirkulasi perifer :
3 kali sehari 2-3 tablet.
#
Gangguan keseimbangan :

-
dewasa & anak berusia lebih dari 12 tahun :
3 kali sehari 1 tablet.
-
anak berusia 5-12 tahun :
3 kali sehari ½ tablet.
#
Mabuk perjalanan :

-
dewasa :
1 tablet diberikan ½ jam sebelum perjalanan.
-
anak berusia 5-12 tahun :
½ tablet diberikan ½ jam sebelum perjalanan.




Obat Cetirizine

By: Arifuddin, S.Kep | Gomezz Mezz
Alumni STIKes Madani Yogyakarta angkatan 2010


CETIRIZINE
10 mg Tablet Salut Selaput



KOMPOSISI
Tiap tablet salut selaput mengandung Cetirizine diHCl 10 mg

FARMAKOLOGI
Adalah antihistamin, pada dosis farmakologi aktif, mempunyai efek mengantuk yang lebih kecil, dengan tambahan sifat antialergi. Cetirizine adalah reseptor H1-antagonis selektif dan pada reseptor lain efeknya dapat diabaikan, bebas dari efek anticholinergik dan antiserotonin. Cetirizine menghambat mediator histamin fase awal dari reaksi alergi, juga menurunkan migrasi sel inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan respon alergi yang sudah lama.

FARMAKOKINETIK
-
Puncak level darah untuk 0,3 ug/ml dicapai antara 30- 60 menit setelah pemberian Cetirizine 10 mg.
-
Waktu paruh plasma kira-kira 11 jam.
-
Absorpsi sangat konsisten pada semua subjek. Pengeluaran melalui ginjal 30 ml/menit dan waktu paruh ekskresi kira-kira 9 jam.
-
Cetirizine terikat kuat pada protein plasma

INDIKASI :
-
Pengobatan perennial rinitis, alergi rinitis musiman dan kronik idiopatik urtikaria.


POSOLOGI :
-
Dewasa dan anak-anak diatas atau sampai 12tahun: 1 tablet (10 mg) perhari.
-
Pada saat ini tidak cukup data klinik untuk direkomendasikan penggunaan Cetirizine pada anak-anak di bawah atau sampai 12 tahun.
-
Pada saat ini tidak ada data, yang menyarankan penurunan dosis untuk penderita lansia. 0  Pada penderita kerusakan ginjal, dosis harus dikurangi menjadi 1/2 tablet perhari.

OVER DOSIS
Mengantuk dapat menjadi gejala overdosis, akibat mengkonsumsi 50 mg sebagai dosis tunggal. Pada anak-anak, bisa terjadi agitasi (gelisah). Apabiia terjadi overdosis, pengobatan diiakukan pada gejalanya atau pendukungnya, bisa disarankan untuk menggunakan obat pencernaan secara bersamaan. Hingga saat ini, tidak ada antidot yang khusus. Cetirizine tidak efektif untuk dihilangkan dengan cara dialysis, dan dialysis akan tidak efektif kecuali zat yang dapat didiaiisa sama-sama dicerna.

KONTRA INDIKASI
Penderita dengan pengalaman hipersensitif pada Cetirizine. Cetirizine kontraindikasi pada ibu menyusui karena diekskresikan melalui ASI.

PERINGATAN DAN PERHATIAN
-
Penelitian dengan ukuran objektif tidak menunjukkan adanya efek cetirizine pada fungsi kognitif, kinerja motorik atau mengantuk. Walaupun demikian, adanya efek terhadap system syaraf pusat telah diamati pada beberapa individu penderita, karenanya hati-hati bila mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin.
-
Penggunaan pada kehamilan Cetirizine hanya boleh diberikan kepada wanita hamil, bila benar-benar diperhitungkan keuntungan lebih besardari kerugiannya.
-
Hati-hati penggunaan pada penderita epilepsi.

EFEK SAMPING
Ada beberapa laporan terjadinya efek samping ringan dan sementara, misalnya sakit kepala, pusing, mengantuk, gelisah, kering mulut dan ketidaknyamanan pada pencernaan. Pada beberapa individu terjadi reaksi hipersensitif, termasuk reaksi kulit dan mungkin terjadi angiodema.

INTERAKSI
Pada saat ini tidak ada interaksi dengan obat lain. Penelitian Diazepam dan Cetirizine tidak memperlihatkan interaksi. Seperti pemakaian antihistamin lainnya, disarankan untuktidak mengkonsumsi alkohol.

KEMASAN
Dus berisi 3 strip @ 10 tablet salut selaput
Simpan pada suhu kamar (25- 30 °C), terlindung dari cahaya.

Angioedema, Pembengkakan Karena Gatal-Gatal

Alumni STIKes Madani Yogyakarta angkatan 2010


Angioedema, Pembengkakan Karena Gatal-Gatal


Angioedema mirip dengan urtikaria yang merupakan gatal-gatal, bekas merah (pembengkakan atau bercak) dari berbagai ukuran, yang tiba-tiba muncul dan menghilang pada kulit. Angioedema merupakan jenis bengkak, bilur-bilur besar dan melibatkan lapisan kulit yang lebih dalam, terutama di dekat bibir dan mata.
Dalam kebanyakan kasus angioedema tidak berbahaya, dan bahkan tanpa memerlukan pengobatan, dan tidak meninggalkan bekas pada kulit setelah sembuh. Dalam kasus pembengkakan dari angioedema dapat menyebabkan tenggorokan atau lidah menghalangi jalan napas dan menyebabkan kehilangan kesadaran, yang dapat mengancam nyawa.

Penyebab
Peradangan di kulit dapat mengakibatkan gatal-gatal dan angioedema. Gatal-gatal dan angioedema kadang-kadang dapat dipicu ketika sel-sel tertentu yang disebut sel mast melepaskan bahan kimia histamin dan bahan lainnya ke dalam aliran darah dan kulit.
Angioedema dapat disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat atau makanan. Banyak alergen yang telah diidentifikasi, antara lain:
    1.    Obat
Meskipun hampir semua obat dapat menyebabkan gatal-gatal atau angioedema, namun beberapa penyebab umum adalah obat
   2.   Makanan
Pada orang sensitif, banyak makanan yang dapat menimbulkan alergi. Namun, makanan yang sering menimbulkan alergi adalah ikan, telur, kerang, susu, kacang, dan coklat. Beberapa alergen potensial lainnya termasuk aditif makanan seperti salisilat dan sulfida.
    3.   Allergen lainnya
Kontak langsung dengan bulu binatang, lateks, serbuk sari, dan sengatan serangga adalah beberapa zat lain yang dapat menyebabkan gatal-gatal dan angioedema.

Beberapa pemicu tambahan yang dapat menyebabkan angioedema, antara lain:
1.          Dermatographia
Merupakan garis yang muncul pada daerah di mana kulit tergores, atau di mana tekanan diterapkan pada kulit akibat histamin yang menyebabkan pembengkakan di bawah kulit.
2.         Faktor fisik
Pada beberapa orang, faktor lingkungan dapat mengakibatkan pelepasan histamin. Air, panas, dingin, latihan, tekanan pada kulit, sinar matahari dan stres emosional adalah beberapa contoh faktor lingkungan yang dapat menyebabkan angioedema.
Gatal-gatal dan angioedema juga dapat terjadi sebagai respons terhadap produksi antibodi tubuh. Gangguan sistem kekebalan tubuh (kanker atau lupus), infeksi (hepatitis), transfusi darah, gangguan tiroid tertentu, atau bahkan dingin dapat menyebabkan angioedema.
Bentuk warisan angioedema disebut angioedema herediter, yang terkait dengan tingkat rendah atau fungsi abnormal dari protein darah tertentu (C1 inhibitor). Inhibitor ini berperan dalam mengatur bagaimana fungsi sistem kekebalan tubuh.

Gejala
     1.    Sensasi tebal dan bengkak pada daerah yang terkena
     2.   Nyeri atau kehangatan di daerah yang terkena
     3.   Pada kasus yang berat, kesulitan menelan atau bernapas
     4.   Pembengkakan kulit
     5.   Melepuh (bula) di daerah pembengkakan yang parah

Meskipun angioedema dapat terjadi pada tangan, kaki, alat kelamin atau di dalam tenggorokan, biasanya terjadi pada daerah dekat mata atau bibir. Meskipun jarang, angioedema herediter lebih serius. Kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan tiba-tiba pada wajah, lengan, kaki, tangan, kaki, alat kelamin, saluran pencernaan, dan saluran napas.
Beberapa tanda dan gejala angioedema herediter, antara lain:
        1.    Kesulitan bernapas atau terhambat karena pembengkakan jalan napas
    2.   Pembengkakan mendadak pada wajah, lengan, kaki, saluran pencernaan, tangan, alat kelamin, dan kaki
       3.   Perut kram, sebagai akibat pembengkakan saluran pencernaan

Pengobatan
Pasien mungkin tidak memerlukan pengobatan dalam kasus gejala ringan angioedema. Antihistamin yang dapat menghalangi pelepasan histamin, adalah pengobatan standar untuk gatal-gatal dan angioedema.
Pengobatan angioedema dapat dengan, antara lain:
    1.    Obat tanpa resep
.   Cetirizine
.   Chlorpheniramine
.   Diphenhydramine
.   Loratadine
Chlorpheniramine, diphenhydramine atau antihistamin lainnya dapat menyebabkan kantuk. Namun, loratadine tidak.
     2.   Obat dengan resep dokter
·        Hidroksizin
·        Desloratiadine
·        Levocetrirzine
·        Fexofenadine

Kortikosteroid oral, seperti prednison dapat membantu mengurangi bengkak, kemerahan, dan gatal yang kadang-kadang dapat diresepkan untuk kasus yang parah dari angioedema.

Pengobatan untuk angioedema herediter
Obat-obat yang disebutkan di atas tidak efektif dalam mengobati angioedema herediter. Androgen tertentu seperti danazol, yang membantu mengatur kadar protein darah, adalah beberapa obat yang digunakan khusus untuk mengobati angioedema herediter dalam jangka panjang

Penanganan darurat untuk angioedema
Seseorang mungkin membutuhkan suntikan adrenalin (epinefrin) pada kondisi darurat untuk serangan parah dari angioedema. Pasien mungkin akan diresepkan dan diinstruksikan bagaimana cara menggunakan adrenalin, dan membawa adrenalin untuk digunakan dalam situasi darurat dalam kasus mereka telah mengalami serangan darurat angioedema berulang kali.

Konsep Berduka Menurut Betty Newman

Tuesday, May 29, 2012
Alumni STIKes Madani Yogyakarta angkatan 2010


Konsep Berduka Menurut Betty Newman


PENDAHULUAN
Konsep kehilangan dan berduka (duka cita) telah secara luas dipublikasikan di berbagai textbook maupun jurnal sejak 50 tahun yang lalu. Dari pemikiran klasik Bowlby (1980) tentang perasaan cinta dan kehilangan (attachment and loss) sampai dengan penjelasan mengenai kepedihan (poignant) dari C.S. Lewis (1994). Perawat jarang sekali mendalami perasaan duka cita yang sedang dialami oleh kliennya, meskipun duka cita adalah sebuah pengalaman universal dalam diri manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian mengenai struktur pengalaman duka cita yang dialami oleh klien dan pengkajian tentang kompleksitas perilaku seseorang yang terkait dengan pengalaman duka cita agar kita dapat memahami proses duka cita tersebut dan menyusunnya dalam terminologi yang terukur.
Tulisan ini berupaya untuk menyajikan konsep duka cita berdasarkan pendekatan dengan model Neuman (Neuman,1982). Penggunaan model asuhan keperawatan yang berorientasi pada proses secara holistik akan dapat membantu kita untuk memahami secara jelas mengenai proses, perilaku, dan tanggapan manusia terhadap duka cita yang sedang dialaminya.

BATASAN
Duka cita bermakna kesedihan yang mendalam disebabkan karena kehilangan seseorang yang dicintainya (misal kematian). Menurut Cowles dan Rodgers (2000), duka cita dapat digambarkan sebagai berikut :
  1. Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubah-ubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu : (1) menolak (denial); (2) marah (anger); (3) tawar-menawar (bargaining); (4) depresi (depression); dan (5) menerima (acceptance) (TLC, 2004) . Pekerjaan duka cita terdiri dari berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika seseorang melewati dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya. Duka cita berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.
  2. Pengalaman duka cita bersifat individu dan dipengaruhi oleh banyak faktor, kemudian dapat mempengaruhi aspek kehidupan lainnya. Duka cita lebih dari sekedar tetesan air mata, dimana ia memanifestasikan dirinya sendiri dalam kesadaran, fisik, tingkah laku, jiwa, psikologis, dan kehidupan sosial seseorang, seperti halnya perilaku emosional.
  3. Duka cita bersifat normatif namun tidak ada kesepakatan universal yang bisa menjelaskan sejauhmana kondisi normalnya. Perawat seringkali merasakan adanya sesuatu yang membatasi duka cita klien sehingga tidak sesuai dengan apa yang perawat pikirkan; penghalang tersebut berasal dari latar belakang sosial budaya klien yang mendorong terciptanya berbagai macam respon duka cita (Cowles& Rodgers, 2000, pp. 109-110).Dengan memanfaatkan literatur dari berbagai disiplin ilmu sebagai basis analisis, Cowles and Rodgers (1991) mendefinisikan duka cita sebagai “suatu proses dinamis, menyebar, dan sangat individual dengan komponen yang bersifat normatif” (p. 121). Atribut duka cita yang dikembangkan mencakup hal-hal sebagai berikut : dinamis, proses, individual, menyebar, dan normatif (Cowles & Rodgers, 2000). Namun atribut-atribut tersebut belum menghasilkan suatu variabel yang dapat diukur. Menurut Reed (2003), perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut tentang berbagai aspek duka cita yang lebih spesifik dan operasional.

PARADIGMA KEPERAWATAN DALAM MODEL SISTEM NEUMAN
Model sistem Neuman (Neuman & Fawcett, 2002) mempunyai empat komponen utama yang dapat digambarkan sebagai interaksi antar ranah (domain), yaitu : orang, lingkungan, kesehatan, dan ilmu keperawatan. Komponen dan terminologi yang terkait dengan ranah-ranah tersebut adalah :
  1. Sistem klien : struktur dasar, garis penolakan, garis pertahanan normal, dan garis pertahanan fleksibel.
  2. Lingkungan : internal, eksternal, diciptakan, dan stressor.
  3. Kesehatan : rentang sehat-sakit (wellness-illness continuum)
  4. Keperawatan : upaya pencegahan (preventif), konstitusi ulang (reconstitution), promosi kesehatan .
Neuman (1995) menguraikan model keperawatan sebagai suatu konsep berdasarkan sistem yang komprehensif. Hal ini menempatkan klien dalam suatu perspektif sistem yang holistik dan multi-dimensi. Model digambarkan sebagai gabungan dari lima variabel yang saling berinteraksi, idealnya berfungsi secara harmonis dan stabil dalam kaitannya dengan stressor lingkungan internal maupun eksternal yang sedang dirasakan pada saat tertentu oleh klien sebagai sebuah sistem.
1. Manusia (Klien)
Sistem klien terdiri dari satu rangkaian lingkaran konsentris yang mengelilingi dan melindungi struktur dasar (basic structure). Tingkatan dari masing-masing lingkaran memiliki tugas pertahanan spesifik dan terdiri dari lima variabel, yaitu : (1) fisiologis, (2) psikologis, (3) perkembangan, (4) sosial budaya, dan (5) rohani. Lingkaran terjauh atau garis pertahanan fleksibel (flexible line of defense) merupakan pertahanan awal untuk melawan stressor dan penyangga kondisi kesehatan yang normal. Garis pertahanan normal (normal line of defense) adalah basis yang dimanfaatkan oleh sistem klien untuk menghindari dampak dari stressor, dimana tergantung dari kondisi kesehatan seseorang. Garis-garis perlawanan (lines of resistance) melindungi struktur dasar bilamana suatu stressor dapat melampaui garis pertahanan fleksibel dan garis pertahanan normal (Neuman, 1995).
Variabel-variabel yang membangun sistem klien, menurut Neuman (1995) antara lain : variabel fisiologis, psikologis, sosial budaya, rohani, dan perkembangan. Variabel-variabel tersebut dibentuk berdasarkan pengalaman masa lalu dan material yang sudah ada dalam struktur dasar, mereka saling berinteraksi satu sama lain dan unik dalam setiap sistem klien. Susunan variabel kemudian akan diteruskan melalui keluarga dan masyarakat, dengan jalan tersebut sistem klien memelihara karakteristiknya dari satu generasi ke generasi lainnya (Reed, 2003).
2. Lingkungan (Stressor)
Menurut Neuman (1995), stressor dalam konteks lingkungan klien dapat disebabkan oleh berbagai faktor eksternal atau internal, dan dapat berdampak negatif maupun positif bagi seseorang. Stressor dapat dirasakan oleh klien secara berulang, sehingga klien akan merespon dan akan memodifikasi atau mengubahnya. Terdapat tiga hal yang dapat membedakan dampak stressor terhadap sistem klien, yaitu : kekuatan stressor, jumlah stressor, dan elastisitas garis pertahanan fleksibel. Stressor lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai : (1) intra-personal, (2) inter-personal, dan (3) ekstra-personal. Keberadaannya dalam diri klien sama halnya dengan stressor yang ada di luar sistem klien.
3. Keperawatan (Rekonstitusi)
Rekonstitusi menggambarkan suatu upaya pengembalian dan perbaikan stabilitas sistem yang selalu menyertai tindakan perawatan reaksi stress klien, dimana dapat menghasilkan tingkat kesehatan yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada sebelumnya (Neuman, 1995). Sebelumnya Neuman (1989) mendefinisikan rekonstitusi sebagai suatu kondisi adaptasi terhadap stressor lingkungan internal maupun eksternal, dimana dapat dimulai dari derajat atau tingkat reaksi apapun. Rekonstitusi ditandai dengan beberapa tahapan aktivitas untuk menuju tujuan yang diinginkan.

MENGINTEGRASIKAN MODEL SISTEM NEUMAN DENGAN KONSEP DUKA CITA
Model Sistem Neuman (1982) dapat digunakan untuk menjelaskan kerangka konsep duka cita. Variabel yang tidak bisa dipisahkan dalam sistem klien, yaitu : fisiologis, psikologis, rohani, perkembangan, dan sosial budaya, dapat digunakan untuk menguraikan atribut dari duka cita. Kehilangan di masa lalu dapat dijelaskan sebagai sebuah stressor, dan akibat dari duka cita diartikan sebagai suatu proses yang serupa dengan konsep Neuman yaitu rekonstitusi. Intervensi untuk membantu klien dalam menghadapi pengalaman duka cita dapat dikategorikan sebagai upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Reed, 2003).
Penggunaan terminologi dari teori Neuman untuk menguraikan konsep duka cita dimulai dengan terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul sebelumnya. Dalam terminologi Neuman, kejadian di masa lalu merupakan stressor, dan dalam kasus duka cita, stressor adalah perasaan kehilangan. Perasaan kehilangan mungkin bersifat intra-personal (misalnya : kehilangan salah satu anggota badan, kehilangan peran atau fungsi), interpersonal (misalnya : berpisah dengan pasangannya, anak, atau orangtua), atau ekstra-personal (misalnya: hilangnya pekerjaan, rumah, atau hilangnya lingkungan yang dikenal). Neuman (1995) menyatakan bahwa dampak dari stressor dapat didasarkan pada dua hal, yaitu : kekuatan stressor dan banyaknya stressor.
Modifikasi terhadap respon duka cita diidentifikasi sebagai kombinasi dari beberapa pengalaman yang bersifat individual dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang terdiri dari hubungan antara orang yang berduka dengan obyek yang hilang, sifat alami dari kehilangan, dan kehadiran sistem pendukung (support system). Faktor-faktor lain memiliki efek yang kuat pada perasaan duka cita, seperti pengalaman individu yang sama sebelumnya, kepercayaan spiritual dan budaya yang dianut. Penjelasan mengenai modifikasi respon duka cita sama halnya dengan gagasan Neuman mengenai interaksi antar variabel (fisik, psikologis, sosial budaya, perkembangan, dan rohani). Kombinasi beberapa variabel yang unik pada diri seseorang (pengalaman sebelumnya dengan duka cita, nilai-nilai, kepercayaan spiritual, status fisiologis, batasan sosial budaya, dan yang lainnya) dapat dibandingkan dengan variabel-variabel yang menyusun garis pertahanan normal (normal lines of defense) dan garis perlawanan. Masing-masing garis pertahanan dan garis perlawanan memodifikasi pada tingkatan tertentu dimana stressor mempunyai efek yang negatif pada diri seseorang. Garis pertahanan normal membantu sistem klien untuk menyesuaikan dengan stres akibat kehilangan; garis perlawanan bertindak sebagai kekuatan untuk membantu klien kembali ke kondisi yang stabil. Faktor yang lain, seperti pengalaman individu sebelumnya dengan perasaan kehilangan dan duka cita, budaya, dan kepercayaan religius menjadi bagian dari struktur dasar individu. Garis pertahanan dan perlawanan melindungi struktur dasar dari gangguan stres yang menimpa individu (Reed, 1993).
Cowles dan Rodgers (1993) sebelumnya telah mendefinisikan kondisi respon seseorang yang normal terhadap perasaan duka cita. Namun, penjelasan mengenai batasan normal dan batas waktu proses duka cita tersebut sebagian besar didasarkan pada pandangan dan pengetahuan perawat bukan berasal dari klien yang sedang mengalaminya sendiri. Reed (2003) mencoba untuk mendeskripsikannya tidak hanya sebatas pada respon normal saja, namun sampai pada cakupan respon itu sendiri. Serupa dengan Neuman (1995) yang telah menggunakan teori rentang sehat-sakit (wellness-illness continuum) untuk mendefinisikan batasan sehat. Dimana, rentang sehat-sakit menempatkan kondisi kesehatan seseorang yang optimal pada titik tertentu dan kondisi sakit pada titik yang lain. Kesehatan klien disamakan dengan kemampuan klien untuk memelihara stabilitas yang optimal dan hal itu dilihat sebagai batasan normal. Respon terhadap perasaan duka cita, selanjutnya dapat ditentukan dari efek kehilangan pada tingkat energi tertentu yang dibutuhkan untuk memelihara stabilitas klien. Berbagai macam tingkatan reaksi duka cita dapat diamati, tergantung pada kemampuan untuk mengelola perasaan kehilangan dan efeknya dalam kehidupan klien (Reed, 2003).
Akibat dari perasaan duka cita bagi seseorang adalah penyusunan karakter baru dan penetapan kenyataan baru. Proses kerja duka cita, melibatkan interaksi antara klien dan lingkungan sekitarnya. Menurut Dyer (2001), proses kerja duka cita dapat disimpulkan sesuai dengan akronim TEAR, yaitu :
T = To accept the reality of the loss
E = Experience the pain of the loss
A = Adjust to the new environment without the lost object
R = Reinvest in the new reality
Hal ini sesuai dengan gagasan Neuman mengenai rekonstitusi dimana tujuannya adalah untuk mengembalikan sistem klien pada kondisi yang stabil. Rekonstitusi dapat dijelaskan sebagai proses kerja duka cita, penyusunan karakter baru, dan penetapan kenyataan baru. Sistem klien berupaya untuk mengembalikan keadaannya pada kondisi yang stabil, atau mengoptimalkan dirinya untuk mencapai daerah di luar garis pertahanan normal. Dengan kata lain, seseorang akan mencoba untuk mengatasi perasaan dukanya agar lebih baik atau normal (sehat).

KASUS PENERAPAN KONSEP DUKA CITA
Berikut kita berikan contoh pengkajian duka cita pada ibu yang mengalami abortus dengan menggunakan pendekatan Model Sistem Neuman.

Contoh kasus :
Sebuah keluarga yang bahagia sedang menantikan kehadiran anak pertama mereka. Sang ibu telah mengandung dua bulan. Namun, suatu saat ibu mengalami perdarahan dan menurut dokter kehamilan tersebut tidak bisa dipertahankan. Oleh karena itu dilakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa ibunya.
Pada kasus di atas, perasaan duka cita dari kedua pasangan tersebut memiliki karakteristik yang kompleks. Misalnya, sang ibu berduka karena calon bayinya tidak bisa dipertahankan (kehilangan inter-personal), atau hilangnya harapan terhadap kehamilan yang telah ditunggu-tunggu (kehilangan intra-personal), atau barangkali merasa bersalah kepada anggota keluarga lainnya karena tidak sesuai harapan mereka (kehilangan extra-personal). Ketika kita akan menentukan tingkat pengaruh kehilangan pada diri seseorang, kita juga harus mengkaji dampak dari perasaan kehilangan tersebut pada kehidupan mereka sehari-hari; cara mereka mengatasi kesedihannya; atau nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut mengenai kehilangan. Secara umum kita akan mengkaji fungsi dari masing-masing garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal, garis perlawanan, dan struktur dasar. Pengkajian harus meliputi banyak aspek, meliputi : aspek fisiologis, spiritual, psikologis, perkembangan, dan sosial budaya. Sebagai contoh, pertanyaan yang perlu disampaikan adalah : (a) Apakah makna kehilangan bagi orang tua? (aspek spiritual); (b) Bagaimana rencana keluarga selanjutnya? (aspek perkembangan); (c) Bagaimana perasaan duka cita ditunjukkan oleh anggota keluarga? (aspek sosial budaya); (d) Apakah keluarga melakukan perenungan? Apakah mereka mengalami kelemahan memori dan kesadaran?, Apakah mereka kehilangan harga diri? (aspek kejiwaan); dan (e) Gejala fisik apakah yang mereka rasakan? (aspek fisiologis).
Untuk membantu kedua pasangan tersebut mencapai rekonstitusi, dukungan inter-personal maupun ekstra-personal merupakan dua hal penting yang perlu dikaji. Siapakah anggota keluarga yang dapat memberikan dukungan positif? Apakah sistem pendukung secara kultural dapat diterima oleh kedua pasangan? (Mann et al, 1999). Setiap orangtua akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung pada struktur dasar yang dimilikinya. Sebuah penelitian telah membuktikan adanya perbedaan respon berdasarkan jender terhadap perasaan kehilangan pada masa perinatal (Adler & Boxley, 1985; Gilbert, 1989), maka respon terhadap pengalaman duka cita bagi masing-masing orang tidak akan sama, termasuk rentang waktu pemulihannya pun berbeda. Perbedaan dalam proses duka cita tentu akan memberikan stres tambahan di antara para orang tua. Selanjutnya, faktor-faktor ekstra-personal berpotensi memberika dampak bagi mereka.
Setelah dilakukan pengkajian secara menyeluruh, selanjutnya tahapan perencanaan, intervensi, dan evaluasi akan menggunakan proses yang sama. Perangkat penilaian akan mengukur hal-hal yang akan berdampak secara khusus pada aspek-aspek fisiologis, psikologis, rohani, sosial budaya, dan perkembangan. Misalnya, aspek sosial budaya akan mempengaruhi jenis intervensi yang bisa diterima oleh keluarga. Kehilangan pada masa perinatal merupakan suatu pengalaman yang sangat pribadi bagi banyak orang. Pemahaman mengenai arti dan pengalaman pribadi akan sangat membantu petugas kesehatan untuk menentukan intervensi yang spesifik dan terbaik. Intervensi terhadap gangguan fisiologis yang dapat menghalangi proses rekonstitusi bisa juga diberikan tergantung kondisi klien, misalnya perubahan pola tidur, nutrisi, dan sebagainya. Selanjutnya, perawat perlu mempertimbangkan aspek perkembangan seseorang dari perasaan berduka. Intervensi yang sesuai untuk ibu muda primigravida tentunya akan sangat berbeda dengan ibu yang telah memiliki anak sebelumnya (Mann et al., 1999).

PENUTUP
Penggunaan model konsep keperawatan untuk menganalisis suatu konsep tertentu dapat memberikan pedoman bagi kita dalam pengembangan perangkat penilaian dan pengukuran yang lebih spesifik, andal (reliable) dan akurat. Sebab fokus utama keperawatan adalah klien, lingkungan, dan kesehatan. Model keperawatan memberikan kerangka pikir holistik dan tak terpisahkan untuk menilai konsep-konsep yang menarik perhatian bagi profesi perawat. Sudut pandang yang holistik seperti itu penting sekali digunakan bila perawat berhadapan dengan variabel yang bersifat multidimensional, misalnya duka cita, nyeri, takut, marah, atau hal-hal lain yang penting dalam asuhan keperawatan.
Dalam praktek pelayanan keperawatan, penggunaan model keperawatan akan membantu perawat dalam mendefinisikan area penilaian dan memberikan pedoman untuk menentukan standar outcome yang sesuai. Ketika perawat melakukan sebuah riset keperawatan, maka model konseptual akan membantu dalam menyusun struktur yang logis dan konsisten dengan asumsi-asumsi yang sdh ada, terutama dalam menyusun berbagai instrumen, metode, dan indikator hasil pengukuran. Sebab banyak dari konsep-konsep keperawatan yang justru menggunakan atau dijelaskan dengan pendekatan disiplin ilmu lain. Seharusnya, kita dapat mendeskripsikan suatu terminologi dengan perspektif ilmu keperawatan. Reformulasi informasi hasil penelitian ke dalam model keperawatan dapat memperkuat tubuh ilmu pengetahuan (body of knowledge) keperawatan sehingga akan lebih mudah mempelajari dan memahami manusia beserta implikasinya.

By: Arifuddin, S.Kep | Gomezz Mezz
Alumni STIKes Madani Yogyakarta angkatan 2010
 

Arifuddin, S.Kep Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger