Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Koroner Lengkap

Friday, September 14, 2012
By: Arifuddin, S.Kep | Gomezz Mezz
Alumni STIKes Madani Yogyakarta angkatan 2010


BAB I

PENDAHULUAN

PENYAKIT JANTUNG KORONER



     A.    LATAR BELAKANG
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkankarenapenyempitanarterikoronariaakibatproses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. PJK merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah baik di negara maju maupun negara berkembang. Di USA setiap tahunnya 550.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Eropa diperhitungkan 20-40.000 orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. Hasil survei yang dilakukan Departemen Kesehatan RI menyatakan prevalensi PJK di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan, sekarang (tahun 2000-an) dapat dipastikan, kecenderungan penyebab kematian di Indonesia bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular (antara lain PJK) dan degeneratif. Manifestasi klinik PJK yang klasik adalah angina pektoris. Angina pectoris ialah suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi > 70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat muncul sebagai angina pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini bisa berkembang menjadi lebih berat dan menimbulkan Sindroma Koroner Akut (SKA) atau yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan kematian.
Penyakit jantung-koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama di Negara maju. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK. sehingga upaya pencegahan harus bersifat multifaktorial juga. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan cara mengendalikan faktor-faktor risiko PJK den merupakan hal yang cukup penting pada penanganan PJK. Oleh sebab itu  mengenal faktor-faktor risiko sangat penting dalam usaha pencegahan PJK, baik pencegahan primer maupun sekunder. Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang sehat tetapi mempunyai risiko tinggi, sedangkan pencegahan sekunder merupakan suatu upaya untuk mencegah memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita.
Oleh karena itu sebagai calon seorang perawat professional diharapkan mampu mengerti serta melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan berdasarkan etiologi atau faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Sesuai dengan konsep yang sudah ada yakni pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
   
     B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi Penyakit Jantung Koroner, Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?
2.      Ada berapakah jenis-jenis Angina Pectoris?
3.      Apa etiologi dari Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?
4.      Bagaimanakan patofisiologi dari Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?
5.      Bagaimanakah manifestasi klinis dari Angina Pektoris dan Akut Miocard Infark?
6.      Apa saja pemeriksaan penunjang dari Angina Pektoris dan Akut Miocard Infark?
7.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark?

     C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk menjelaskan ulasan Penyakit jantung Koroner yang menyebabkan  Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark
2.      Untuk menjelaskan penyebab Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark, tanda dan gejala serta patofisiologinya dalam tubuh
3.      Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien yang Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark.

     D.    MANFAAT PENULISAN
1.      Memberikan penjelasan kepada khalayak umum supaya mengetahui bahayanya Penyakit Jantung Koroner yang meliputi Angina Pectoris dan Akut Miocard Infark  pada diri seseorang
2.      Menyampaikan pada pembaca tentang cara pengobatan dan asuhan keperawatan pada klien Penyakit Jantung Koroner dengan baik dan benar




BAB II

TINJAUAN TEORI

PENYAKIT JANTUNG KORONER


     A.    DEFINISI PJK, ANGINA DAN AMI
Penyakit Jantung Koroner (pjk) adalah keadaaan dimana terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan otot jantung atas oksigen dengan penyediaan yang di berikan oleh pembuluh darah koroner. Ketidakmampuan pembuluh darah koroner untuk menyediakan kebutuhan oksigen biasanya diakibatkan oleh penyumbatan athroma (plak) pada dinding bagian dalam pembuluh darah koroner. (Abdul Majid, 2007).


Journal, www.nejm.org

Laporan Pendahuluan Hemoptisis atau Batuk Darah

By: Arifuddin, S.Kep | Gomezz Mezz
Alumni STIKes Madani Yogyakarta angkatan 2010


BAB I
PENDAHULUAN
HEMOPTISIS




   
     A.    LATAR BELAKANG
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring. Batuk darah merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar. Maka penyebabnya harus segera ditemukan dengan pemeriksaan yang seksama.

    B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa definisi batuk darah?
2.      Mengapa seseorang yang batuk darah bisa sesak nafas?
3.      Bagaimana proses terjadinya batuk darah?
4.      Bagian tubuh mana yang terlibat? Meliputi anatomi, fisiologis dan patofisiologisnya
5.      Apa hubungan riwayat merokok dan minum minuman beralkohol dengan batuk darah dan sesak nafas?
6.      Apa hubungan batuk darah dengan TBC?
7.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang batuk darah?

     C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk menjelaskan definisi batuk darah.
2.      Untuk menjelaskan penyebab batuk darah, tanda dan gejala serta patofisiologinya dalam tubuh.
3.      Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien yang batuk darah.

     D.    MANFAAT PENULISAN
1.      Memberikan penjelasan kepada khalayak umum supaya mengetahui bahayanya batuk darah pada diri seseorang.
2.      Menyampaikan pada pembaca tentang cara pengobatan dan asuhan keperawatan Batuk Darah dengan baik dan benar.
3.      Dengan makalah ini diharapkan para pembaca bisa lebih mengenal terhadap tanda dan gejala yang berhubungan Batuk Darah.

BAB II
TINJAUAN TEORI
HEMOPTISIS

     A.    DEFINISI
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring. Batuk darah merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar. Maka penyebabnya harus segera ditemukan dengan pemeriksaan yang seksama. (Dzen, 2009)
Hemoptysis adalah darah yang keluar dari mulut dengan dibatukkan. Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru biasanya berwarna merah terang karena darah dalam paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptysis antara lain : Bronchitis Kronik, Bronchiectasis, TB Paru, Cystic fibrosis, Upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru dan abses. Hemoptisis masifa dalah batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24 jam. (Rahman, 2009)

    B.     ANATOMI DAN FISIOLOGI
1.      anatomi dasar sistem pernafasan
Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
     Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin.
Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.

Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang.
Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut :
a.       interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga.
b.      sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada).
c.       skalenus yang mengangkat 2 iga teratas.
d.      interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga.
e.       otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas.
f.       otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma.
     Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara yang mengalir dalam tubuh menjadi lancar.

       Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.


2.      Fisiologi sistem pernafasan
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a.       Menghirup udara (inpirasi)
    Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b.       Menghembuskan udara (ekspirasi)
    Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada naik/lebih besar.

Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
a.          Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
1.         Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2.         Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3.         Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b.         Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.         Luasnya permukaan paru-paru.
2.         Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
3.         Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4.         Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus  dan mengikat HB.
c.          Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler. Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.         curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2.         kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.


    C.    ETIOLOGI
Penting bedakan bahwa darah berasal dari saluran napas dan bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal dari gastrointestinal berwana hitam kemerahan dan pH-nya asam, sebaliknya pada hemoptisis darah merah terang dan ph-nya alkali. Saluran napas dan paru2 terutama diperdarahi oleh sistem arteri-vena pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang berasal dari aorta. Dari kedua sistem ini perdarahan pada sistem arteri bronchialis lebih sering terjadi.
Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular dan hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah penyebab tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang menonjol. Pada tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan bronkiektasis yang akan mengakibatkan hemoptisis pula.
1.      Infeksi : TBC, bronkiektasis, pneumonia, abses paru, aspergillosis
2.      Tumor : Karsinoma paru
3.      Kardiovaskuler : mitral stenosis, ruptur aneurisma toraksik, malformasi Arteriovenous.
Darah yang berasal dari muntah darah adalah dari saluran pencernaan. Seperti muntah pada umumnya, muntah darah (atau yang dikenal dengan istilah kedokteran hematemesis) didahului oleh adanya aliran balik dari pergerakan saluran pencernaan dan dapat diikuti oleh mual. Darah yang keluar dapat tercampur oleh sisa makanan lain. Warna darah bisa merah segar atau kehitaman.
Sedangkan untuk batuk darah berbeda. Darah berasal dari saluran pernapasan. Warna darah merah segar dan tampak bercampur dengan lendir dan tampak berbusa karena adanya gelembung – gelembung udara.

     D.    PATOFISIOLOGI
Hemoptysis disebabkan oleh satu atau lebih dari kerusakan berikut : kerusakan buluh darah; hipertensi pulmonum hebat; dan masalah pembekuan darah. Kerusakan buluh darah dapat disebabkan oleh peradangan, nekrosis, neoplasia atau trauma. Hipertensi pulmonum umumnya disebabkan oleh tromboembolisme pulmonum, gangguan ventrikuler kiri. Gangguan pembekuan darah diakibatkan oleh abnormalitas faktor pembeku atau platelet. Hemoptysis menyebabkan kehilangan darah dalam jumlah sedikit tetapi jika berlangsung kronis dapat berkembang jadi anemia, aspiksasi dan hipovolemia.
Saluran pernapasan terdiri dari berbagai saluran dimulai dari rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli di paru – paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya penyebab terjadinya pendarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflex batuk.
Batuk darah yang masif alias banyak (>200 cc atau lebih dari satu gelas belimbing) dapat mengganggu saluran pernafasan dan merupakan indikasi untuk segera ke rumah sakit. Kondisi ini membahayakan karena gumpalan darah dapat menyumbat saluran pernafasan, dan menimbulkan kematian.

    E.     PEMBAHASAN
1.         Mengapa seseorang bisa batuk darah?
     Saluran pernapasan terdiri dari berbagai saluran dimulai dari rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli di paru – paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya penyebab terjadinya pendarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflex batuk. (Azizah, 2009)
2.         Mengapa seseorang yang batuk darah bisa sesak nafas?
Dikarenakan ketidakbersihan jalan nafas (ada darah disaluran pernafasan) yang menyebabkan jalan nafas menjadi tidak bersih atau tersumbat sehingga seseorang bisa menjadi sesak nafas. (Azizah, 2009)
3.         Apa hubungan riwayat merokok dan minum minuman beralkohol dengan batuk darah dan sesak nafas?
Apabila orang yang memiliki riwayat perokok, maka dari rokok itu bisa menyebabkan sesak nafas karena saat orang yang merokok itu sudah lama maka akan menyebabkan jaringan pembuluh darah itu menyempit dikarenakan ada flag-flag di pembuluh darah, ketika menyempit oksigen yang mengalir akan berkurang sedangkan kebutuhan oksigen didalam tubuh tidak cukup sehingga menyebabkan kerja jantung menjadi berat sehingga timbulah sesak nafas.
Apabila seseorang mempunyai riwayat minum alkohol kemungkinan besar bisa  berbahaya karena alkohol ini adalah racun sehingga menyebabkan rusaknya sel-sel didalam tubuh dan juga bisa menyebabkan luka ditubuh bagian dalam.  (Azizah, 2009)
4.         Hubungan batuk darah dengan penyakit TBC.
a.       Apakah semua batuk darah disebabkan karena penyakit TBC?
Belum tentu.
b.      Apakah TBC menyebabkan batuk darah?
Batuk darah bisa merupakan salahsatu dari sekian gejala dari TBC, tapi biasanya itu merupakan gejala lanjut.
c.       Apa bedanya batuk darah yang disebabkan karena TBC dengan batuk darah karena penyakit lain?
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa batuk darah dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Bisa oleh karena infeksi kuman Tuberculosis (dikenal oleh penyakit paru/ TBC, atau bisa juga karena kelainan jantung, atau karena infeksi lainnya juga bisa. Batuk darah karena penyakit TBC biasanya disertai oleh keluhan lain, seperti nafsu makan berkurang, demam yang tidak terlalu tinggi, badan terasa lebih berkeringat (terutama saat tidur malam hari), dan penurunan berat badan.(Azizah, 2009)

     F.     PENATALAKSANAAN
1.         Penanganan Pertama
     Penanganan pertama batuk darah adalah penghentian perdarahan serta pencegahan batuk. Jaga kebersihan udara di sekitar penderita, termasuk tempat tidur, dan rumah. Berikan ventilasi dan sinar matahari agar penderita dapat bernafas dengan segar, sehingga diharapkan tidak batuk lagi. Selain itu, pemberian terapi obat-obatan biasanya pertama kali juga ditujukan untuk mencegah batuk dan menghentikan perdarahan.
2.         Penanganan Gawat Darurat
Saat mengalami batuk darah, sebaiknya Anda segera mencari pertolongan kesehatan untuk mencari penyebab batuk darah dan mengatasinya. Namun, Anda tidak perlu panik, karena tidak semua batuk darah menandakan keadaan mengancam jiwa. Hal ini dilihat dari berapa jumlah darah yang dibatukkan. Dikatakan batuk darah hebat apabila jumlah darah yang dibatukkan melebihi 300ml (kira – kira setengah botol air mineral ukuran sedang) dalam 24 jam. Semakin banyak jumlah darah yang dibatukkan apalagi dalam waktu yang singkat, maka keadaan semakin berbahaya.
Ada beberapa keadaan pengecualian, misalnya terdapat sumbatan saluran napas sehingga darah tidak dapat dibatukkan. Keadaan ini lebih berbahaya, karena darah tidak dapat dikeluarkan dan memperparah sumbatan saluran pernapasan. Selain itu, orang yang bersangkutan tidak menyadari adanya pendarahan saluran napas karena darah tidak keluar.
Tanda – tanda lain yang dapat membantu menentukan apakah keadaan pasien dengan batuk darah dalam keadaan gawat antara lain :
a.       Kepala terasa ringan seperti melayang
b.      Haus
c.       Pasien bernapas dengan cepat (lebih dari 24 kali per menit)
Dengan demikian, tidak semua batuk darah digambarkan tingkat kegawatannya melalui jumlah darah yang dibatukkan, maka apabila Anda mengalami batuk darah, sebaiknya segera mencari pertolongan.

     G.    PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.      Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum perawat menanyakan tentang :
Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok.
Anamnesis harus mencakup hal-hal :
a.       Usia mulainya merokok secara rutin.
b.      Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari
c.       Usia melepas kebiasaan merokok.
d.      Pengobatan saat ini dan masa lalu
e.       Alergi
f.       Tempat tinggal
2.      Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu:
a.          Penyakit infeksi tertentu: khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
b.         Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
c.          Pasien bronchitis kronik, mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi. Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
3.      Pemeriksaan Fisik
             a.       Inspeksi
v  Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi duduk.
v  Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
v  Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
v  Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
v  Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan pergerakan dada.
v  Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau pernafasan diafragma, dan     penggunaan   otot        bantu  pernafasan.
v  Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COP.
v  Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh  klien.
v  Kelainan pada bentuk dada   
a) BarrelChest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T (1:1), sering     terjadi pada klien emfisema.
b) Funnel   Chest       (Pectus        Excavatum)
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan    kerja.
c)  Pigeon Chest   (Pectus   Carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP, timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat.
v  Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
v  Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat mengindikasikan     obstruksi     jalan nafas.
     b.      Palpasi
   
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti : massa, lesi,     bengkak. Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara.
c.       Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya dan  pengembangan  (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi:
Suara  perkusi normal: Resonan (Sonor): bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan paru normal. Dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
Suara  Perkusi Abnormal: Hiperresonan Flatness: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru    yang    abnormal berisi   udara.
d.      Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan  (abnormal), dan suara.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,     dengan  sifat  bersih.
Suara nafas normal:
v  Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
v  Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
v  Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi  terdengar seperti tiupan.
Suara nafas tambahan
v  Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit.
v  Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus, berhubungan dengan sekresi kental dan  peningkatan produksi sputum.
v  Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering kali klien juga    mengalami     nyeri   saat   bernafas  dalam.
v  Crackles Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara        seperti     rambut  yang digesekkan.
v  Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin  akan     berubah       ketika       klien    batuk.
4.      Pengkajian Psikososial
      Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress. Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah stres psikososial dan mencari  jalan keluarnya.

      H.    DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN APLIKASI NOC DAN NIC
1.      Ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan lingkingan (merokok) obstruksi jalan nafas (materi asing dalam jalan nafas). (Nanda, 2009)
v  NOC (tujuan keperawatan)
Respiratory Status : Ventilation
Respiratory Status : Airway Patency
  1. Klien bisa mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan dypsneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
  2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa dadanya tertekan,irama nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
  3. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas.


 v  NIC (rencana tindakan)
Airway Management
     a.       Buka jalan nafas,gunakan tekhnik chinlift atau jaw thrust bila perlu
      b.      Posisikan pasien untuk memaksimalakan ventilasi
     c.       Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
     d.      Lakukan fisioterapi dada bila perlu
     e.       Keluarkan secret dengan batuk atau suction
     f.       Auskultasi suara nafas,catat adanya suara tambahan
     g.      Berikan bronkodilator bila perlu
     h.      Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari
     i.        Monitor respirasi dan identifikasi pemberian O2
     j.        Kolaboras pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai dengan indikasi
Airway Suction
     a.       Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
     b.      Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
     c.       Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
     d.      Berikan O2 dengan menggunakan nasal  untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
      e.       Gunakan alat yang steril setiap melakukan melakukan tindakan
      f.       Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah catheter dikeluarkan dari nasotrakeal
      g.      Monitor status oksigen pasien
      h.      Ajarkan keluarga klien bagaimana cara melakukan suction
     i.        Hentikan suction dan berikan oksigen apabila oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,peningkatan saturasi O2, dll.
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen dalam tubuh. (Nanda, 2009)
v  NOC (tujuan keperawatan)
Energy conservation
a.       Dapat melakukan aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR.
b.      Mampu  melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri (mandi, berpakaian, toileting, berjalan, makan dll)
v  NIC (rencana keperawatan)
Energy Management :
     a.       Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
     b.      Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
     c.       Monitor tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
     d.      Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebih
     e.       Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
Activity Therapy:
  1. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas.
  2. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat
  3. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
  4. Pantau respon kardiopulmonal sebelum dan sesudah beraktivitas.
  5. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang di inginkan
  6. Ajarkan kepada klien bagaimana bagaimana menggunakan teknik pernafasan ketika beraktivitas.
  7. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas (kursi roda,krek)
  8. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan di wakatu luang
  9. Monitor respon fisik,emosi social,dan spiritual
3.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif (Nanda, 2009)
v  NOC (tujuan keperawatan)
Knowledge deseases proses
      a.       Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan.
      b.      Klien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
      c.       Klien dan keluarga memapu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesahatan lainnya.
v  NIC (rencana keperawatan)
Teaching : disease Process
a.       Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
b.      Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
c.       Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
d.      Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e.       Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
f.       Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
g.      Hindari jaminan yang kosong
h.      Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
i.        Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
j.        Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
k.      Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan
l.        Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
m.    Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
n.      Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat






BAB III
PENUTUP
HEMOPTISIS

     A.    KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan antara lain:
1.      Mengapa seseorang bisa batuk darah?
      Saluran pernapasan terdiri dari berbagai saluran dimulai dari rongga hidung sampai saluran – saluran kecil alveoli di paru – paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya penyebab terjadinya pendarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut sobek dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh adanya reflex batuk. (Azizah, 2009)
2.      Mengapa seseorang yang batuk darah bisa sesak nafas?
Dikarenakan ketidakbersihan jalan nafas (ada darah disaluran pernafasan) yang menyebabkan jalan nafas menjadi tidak bersih atau tersumbat sehingga seseorang bisa menjadi sesak nafas. (Azizah, 2009)
3.      Apa hubungan riwayat merokok dan minum minuman beralkohol dengan batuk darah dan sesak nafas?
Apabila orang yang memiliki riwayat perokok, maka dari rokok itu bisa menyebabkan sesak nafas karena saat orang yang merokok itu sudah lama maka akan menyebabkan jaringan pembuluh darah itu menyempit dikarenakan ada flag-flag di pembuluh darah, ketika menyempit oksigen yang mengalir akan berkurang sedangkan kebutuhan oksigen didalam tubuh tidak cukup sehingga menyebabkan kerja jantung menjadi berat sehingga timbulah sesak nafas.
Apabila seseorang mempunyai riwayat minum alkohol kemungkinan besar bisa  berbahaya karena alkohol ini adalah racun sehingga menyebabkan rusaknya sel-sel didalam tubuh dan juga bisa menyebabkan luka ditubuh bagian dalam.  (Azizah, 2009)
4.      Hubungan batuk darah dengan penyakit TBC.
a.       Apakah semua batuk darah disebabkan karena penyakit TBC?
Belum tentu.
b.      Apakah TBC menyebabkan batuk darah?
Batuk darah bisa merupakan salahsatu dari sekian gejala dari TBC, tapi biasanya itu merupakan gejala lanjut.
c.       Apa bedanya batuk darah yang disebabkan karena TBC dengan batuk darah karena penyakit lain?
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa batuk darah dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Bisa oleh karena infeksi kuman Tuberculosis (dikenal oleh penyakit paru/ TBC, atau bisa juga karena kelainan jantung, atau karena infeksi lainnya juga bisa. Batuk darah karena penyakit TBC biasanya disertai oleh keluhan lain, seperti nafsu makan berkurang, demam yang tidak terlalu tinggi, badan terasa lebih berkeringat (terutama saat tidur malam hari), dan penurunan berat badan.(Azizah, 2009)
5.      Diagnosa keperawatan yang muncul apa-apa saja? Apa-apa saja NOC dan NIC labelnya?
a.       Ketidakbersihan jalan nafas berhubungan dengan lingkingan (merokok) obstruksi jalan nafas (materi asing dalam jalan nafas). (Nanda, 2009)
NOC   :Respiratory Status : Ventilation
Respiratory Status : Airway Patency
      NIC     :Airway Management
                  Airway Suction
b.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen dalam tubuh. (Nanda, 2009)
NOC   :Energy conservation
NIC     :Energy Management
            Activity Therapy
c.       Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif (nanda, 2009)
NOC   :Knowledge: Disease Process
            Knowledge: Health Behavior
NIC     :Teaching: Disease Process

     B. SARAN
1.      Bagi mahasiswa
a.       Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien Hemoptisis.
b.      Hendaklah jangan segan untuk bertanya kepada dosen instruktur atau membaca buku tentang hal-hal yang belum jelas tentang penyakit Hemoptisis.
c.       Selalu semangat ketika berdiskusi dan selalu bekerjasama ketika dalam belajar kelompok.
d.      Bagi mahasiswa di harapkan bisa melaksaikanakan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
2.      Bagi kampus/Dosen pembimbing
a.       Mohon bimbingannya supaya kami lebih memahami tentang konsep penyakit Hemoptisis.
b.      Kami harapkan tidak bosan untuk memperhatikan dan mendengarkan konsultasi dari mahasiswa.






















DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Puskesmas simpang empat, mengapa aku batuk darah?, tersedia di www.google.co.id,.http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/06/18/kenapa-aku-batuk-darah. (diakses 10 Maret 2012)

Corwin Elizabeth J. Buku saku pathofisiologi. Edisis 3, alih bahasa Nike Budi Subekti, Egi Komara Yuda, Jakarta: EGC, 2009.

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta: EGC, 1997.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Nanda International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata: EGC, 2009.
Rahman, laporan pendahuluan hemoptisis, tersedia di www.google.co.id,  http://rahmaniestblog.blogspot.com/2011/10/laporan-pendahuluan-penyakit-hemoptisis.html. (diakses 10 Maret 2012)
Robiansyah, anatomi system pernafasan, tersedia di www.google.co.id, http://athearobiansyah.blogspot.com/2007/09/anatomi-dasar-sistem-pernafasan.html. (diakses 10 Maret 2012)

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Tarwoto & Wartonah.. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta, 2010


By: Arifuddin, S.Kep | Gomezz Mezz
Alumni STIKes Madani Yogyakarta angkatan 2010
Trim's atas kunjungan anda dan semoga sedikit tulisan ini bermanfaat.....
 

Arifuddin, S.Kep Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger